Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah
seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan
saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk
melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai
seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik,
karena hampir setiap hari kami selalu bersama.
Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa
dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36
tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20
tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante
Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan mengkhayalkan mama
kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan
pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku
ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya
bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya.
Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu
itu jatuh ke arah kamar mama temanku.
Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya.
Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang
membuat saya sangat terangsang.
Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung
saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil
berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya
mengkhayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang.
Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan
serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak
berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit
takut mengingat kejadian tadi. Karena temanku sudah memanggil, maka kami
menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah.
Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri
sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke
rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup
saya menjawab dengan jawaban "Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci
rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya
memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah
sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena belum memiliki
kesempatan, maka saya diam saja sambil mengkhayalkan sedang bersetubuh
dengan Tante Nita. Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah
tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru
saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan
hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak
berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi. Sesampainya di
ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, "Apa yang
kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?" Dengan
terkejut saya menjawab, "Saya tidak melihat apa-apa, Tante..." Lalu
Tante Nita berkata, "Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu
berbuat yang tidak senonoh pada Tante.." Dengan terbata-bata, saya
menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak
melihatnya dengan jelas. Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah kamu
ingin melihatnya sekali lagi..?" Seperti mendapat durian runtuh, maka
saya menjawab, "Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante." Sesaat
Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan
hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan
saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman
kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya
dalam keadaan yang sangat tegang. Berbeda dengan tangan Tante Nita,
tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas
pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya
dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena
tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa
perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati
permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita
menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.
Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, "Tante,
bolehkah saya memegang payudara Tante..?" Sambil sedikit tersenyum,
Tante Nita berkata, "Terserah kamu sayang..." Lalu tangan saya mulai
meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih
tertutup oleh baju dah BH-nya. Karena merasa kurang puas, maka saya
bertanya lagi, "Tante, bolekah saya membuka baju tante..?" Dengan
sedikit kesal, Tante Nita menjawab, "Kamu boleh melakukan semua yang
ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya."
Dengan terbata-bata saya menjawab, "Terima kasih Tante..." Lalu Tante
Nita berkata lagi, "Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan
Tantenya." Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita."
Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita.
Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya
sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan
Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
"Uuhhh... ahhh..," Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyembullah
payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di
sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya
yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita
kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya
melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam. Kemudian
Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan
cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam
saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke
mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai
menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat
saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki
saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang
lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar
seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang,
"Aduh, Nita... saya sampai nih, uh... uhhh... uuuhhh..." Dan Tante Nita
mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan
sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita
menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa
kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang
tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar. Hanya dalam
hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun
mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante
Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah.
Dengan perlahan saya menurunkan celana Tante, lalu saya melihat CD warna
biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di
antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh
cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, "Endy, cepat dong...
Tante sudah nggak tahan nih..." Dengan tenang saya menjawab, "Iya
Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan
Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapi. Sejujurnya,
saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda
dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda.
Dengan perlahan-lahan saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan
lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya
mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan
sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji
tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan. "Endy.. terus..
Tante merasa nikmat sekali.. ah... ah... uhhh..." desahnya. Karena
merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat
jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita
menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya. "Uhhh... Tante
sampai nihhh... ayo terus Ndyyy... ah... ehmmm... nikmat sekali." Lalu
saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan
saya yang mulai menggosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya
merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat
Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena
ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di
kemaluan Tante Nita. Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, "Ahh...
ahhh... auuu... ehmmm... saya sampai.. terus Ndyyy... uhh... ahhh...
aahhh..." Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante,
maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian
saya menelannya. Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa
kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan
saya meremas payudaranya. Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum
nakal sambil berkata, "Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama
kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu." Dengan terkejut saya
berkata, "Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, kan tante yang..."
Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, "Saya
tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya…
nggak apa-apa deh... tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu
harus melakukannya dengan Tante lagi. Kalo tidak.. Tante akan laporkan
kamu sama yang lainnya!" Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante nakal
sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya
akan melayani Tante lagi, saya janji Nita." "Kamu harus ingat janji
kamu yah... sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke
teman kamu... kan kamu mau barbeque kan..?"kata Tante Nita kemudian
yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah
meninggalkan acara pesta. Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian
saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita,
"Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana,
Tante..?" Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu jangan khawatir, Tante
akan mengaturnya supaya aman." Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita
yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya
disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari
kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas
lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh
menggoda sekali. Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan
mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa
sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya
saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil
mengkhayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk
melakukannya dengan Tante Nita, tetapi yah... Hari ini sudah lewat 2
minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah
tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan
bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang
dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas
sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali..."Tetapi
tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon
tuh..!" Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon
sambil menjawab, "Halo..?" "Ini Endy yah..?" tanya orang lawan bicara
saya. Saya jawab, "Iya, disana siapa yah..?" "Kamu udah lupa yah ama
saya..?" dengan logat memancing. Karena merasa dipermainkan, saya mulai
emosi dan menjawab, "Disana siapa sih kalo nggak mo bilang lagi saya
tutup teleponnya nih..!""Kok marah sih..? Nanti tante laporkan kamu lho
dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya
lagi. Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat
dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi,
"Oh, ini Tante Nita yah..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih... Tante
sih main-main aja..." Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood yah..? Jadi
sama Tante juga nggak mood dong..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah
Tante nih, abisnya lagi sepi nih… tapi nggak jadi deh.." Dengan cepat
saya memotong, "Bentar dulu Tante, kalo Tante sih gua jadi mood lagi
nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik
saya) nggak ada di rumah yah..?" "Kamu tenang aja deh... pokoknya dari
sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh… jadi
datang nggak..?" tanya Tante Nita. Tentu saja saya menjawab, "Jadi dong
Tante.. bentar lagi saya kesana Tante, Tante tunggu yah..!" Setelah
itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan
waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus
segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke
rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena
ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan)
saja. Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang
karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi.
Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita
menjawab, "Iya, bentar..." lalu Tante Nita membuka pintu dan
mempersilakan saya masuk.Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos
oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja
sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja
kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya
terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh
pokoknya. Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya
pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya
tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante
Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk
membuka bajunya. Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, "Jangan di
sini dong sayang..!" "Dimana Tante..?" tanya saya. "Di kamar Tante
aja..." kata Tante Nita. Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita
dan berkata, "Jadi, tunggu apa lagi Tante..?" Setelah sampai di kamar
Tante Nita, saya segera Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif
untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan
dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera
menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah
Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera membuka baju Tante Nita
sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya.
Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di
depan mataku dengan sangat jelas. Untuk menghemat waktu dan karena
memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat
payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya. "Aduh enak sekali, ahhh...
uh... sttt..." desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.
Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana
saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya
berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita,
lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga
tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang
masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya
langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita
yang terawat dengan rapi. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang
pertama kali saya lihat dulu. Dengan perlahan saya menjilati permukaan
vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang. "Aduh, nikmat sekali...
sungguh... geli tapi... ahhh... uhhh... terus Endy..." Segera saya
menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun
menjerit, "Aduh saya sampai Ndyyy... segera keluar... ahhh..." Lalu saya
segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan
kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, "Endy... biarkan Tante
Nita istirahat yah..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali."
Saya segera menjawab, "Iya Tante..." Setelah beristirahat 15 menit,
Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan
saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera
memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante
Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur.
Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria
yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan
perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan
lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan
membalikkannya. "Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya
masukkan yah Tante..?" tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
Tante Nita menjawab, "Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yah soalnya
punya tante udah lama nih nggak digunakan.." Dengan pelan dan hati-hati
saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan Tante.
Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu
saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke
dalamnya. Tante Nita segera menjerit, "Aduh... sakit sekali...
pelan-pelan Ndy..."Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera
melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan
kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama
kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan
saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam
dalam kemaluan Tante Nita. Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit
sekali... biarkan tetap di dalam Endy, aduh... ahhh... ehmmm... uh..."
Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera menggoyang pinggul saya
dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya
dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, "Aduh... sakit
sekali, tapi enak sekali, terus Endy..." Saya sudah tidak memperdulikan
Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai
kenikmatan. Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante
Nita menjerit kembali, "Aduh... saya sampai Ndyyy... akan segera keluar
nih..." Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita, sebentar lagi... saya
juga hampir sampai nih..." Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang
dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan
Tante Nita mengerang lagi, "Aduh... ahhh... aku sampai Endy... nikmat
sekali..." Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga
ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit,
"Saya sampai Tante eh... ahhh... nikmat sekali" Lalu saya segera jatuh
dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa
kenikmatan yang telah kami capai berdua. Setelah beristirahat, kami
melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya
sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali. Setelah mandi dan pikiran
kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku,
"Tante Nita minta maaf Endy... tadi Tante Nita telah merenggut
keperjakaan kamu... sungguh Tante Nita minta maaf.." Tetapi saya segera
berkata, "Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante,
sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji
kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi
kepadaku..!" Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, "Iya... Tante sangat
senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu
lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi.."
dan saya mengiyakannya. Hubungan kami hampir berlangsung selama 2
tahun, tetapi kami melakukannya dengan cara-cara yang tradisional. Saya
maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti
gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum
diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi,
karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan
anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang
tetap menjadi rahasia kecil kami. Jika saya liburan dan pulang ke
kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun
dengan senang hati melayaninya. Ini merupakan pengalaman yang saya alami
sendiri. Meskipun banyak yang kurahasiakan disini, tetapi cerita ini
adalah benar-benar terjadi.